Langsung ke konten utama

Akrilamida, Pemicu Kanker Berselimut Gorengan

Anda suka gorengan? Makanan gurih ini jika dikonsumsi terus menerus ternyata berisiko sangat buruk bagi kesehatan. Tak hanya meningkatkan kolesterol jahat dalam tubuh, makanan yang digoreng ternyata juga dapat memicu munculnya kanker. Pasalnya, hasil penelitian yang didanai Dewan Riset Swedia untuk lingkungan dan Ilmu Pertanian beberapa waktu lalu ini menunjukkan bahwa makanan yang kaya karbohidrat, seperti kentang, singkong serta ubi yang mengalami proses digoreng terbukti dapat merangsang pembentukan senyawa karsinogenik (pemicu kanker) bernama akrilamida.

Apakah akrilamida?

Menurut WHO, akrilamida adalah senyama kimia yang biasa dipakai di laboratorium dan digunakan sebagai zat untuk menggumpalkan kotoran dalam proses pemurnian air, seperti untuk air minum atau pada PAM. Di luar negeri, umumnya untuk air minum bagi kebutuhan warga kota dijernihkan dengan proses akrilamida.

Mengapa berbahaya? Akrilamida memicu kanker (bersifat karsinogenik), kemudian dia merusak syaraf, itu sebabnya akrilamida juga disebut sebagai zat neurotoksik. Akrilamida berpotensi menimbulkan tumor, merusak DNA atau materi genetika juga merusak sistem reproduksi, mengganggu tingkat kesuburan serta dapat mengakibatkan keguguran. Jadi untuk ibu hamil yang terkontaminasi akrilamida bayinya berpotensi lahir cacat (teratogen).

Mengapa bisa terdapat pada makanan?

Dalam jumlah yang sangat sedikit, akrilamida terdapat pada semua makanan yang sehari-hari kita makan, seperti nasi, roti, biskuit, ikan, hingga daging. Namun kandungan akrilamida yang paling tinggi terdapat pada bahan makanan yang tinggi kadar karbohidrat. Akrilamida pada makanan muncul akibat proses pengolahan dengan cara digoreng dan dipanggang. Pengolahan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan senyawa karbohidrat pada bahan makanan tersebut terurai. Nah, sebagian karbohidrat yang terlepas ini kemudian bereaksi dengan asam amino, sebuah senyawa penyusun protein, hingga terbentuklah akrilamida.

Dalam hasil penelitian yang berjudul Analysis of Acrylamide, a Carsinogen Formed in Heated Foodstuffs, Eden Tareke, seorang peneliti dari jurusan kimia lingkungan Universitas Stockholm, Swedia mengungkapkan bahwa bahan pangan yang direbus atau dikukus ternyata hanya mengandung sedikit senyawa akrilamida, sehingga tak berbahaya bagi kesehatan. Sementara itu, makanan yang digoreng atau dipanggang ternyata mengandung senyawa akrilamida yang amat tinggi, yakni 2.500 mikrogram pada suhu penggorengan 190 - 220 derajat celsius. Dengan kandungan sebesar ini Anda patut waspada! Pasalnya hasil uji peneliti mengungkapkan bahwa batas toleransi bagi tubuh orang dewasa adalah 0,5 mikrogram per hari. Sebab dengan kadar sebesar itu saluran pencernaan mampu menyerap dan mengeluarkannya dari tubuh melalui urin dalam beberapa jam kemudian.

Pertanyaan yang paling sering diajukan tentang akriamida dalam makanan bisa di download disini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IONI mobile layanan Informasi Obat yang Inovatif dari PIONAS BPOM

Sesudah sekian lama tidak mengisi blog dunia farmasi, sudah waktunya, memulai lagi tulisan seputar dunia farmasi dan kesehatan. Kita mulai dengan hasil pertemuan saya diundang Pusat Informasi Obat (PIONAS) BPOM, 28 November 2014 dalam rangka soft launching IONI (Infomatorium Obat Nasional Indonesia). Ada yang tahu dan pernah pake buku IONI sebagai referensi terpercaya dan independen mengenai obat yang beredar di Indonesia ? Hmmm...kalau banyak yang belum saya ulas sedikit dan nanti sy kasih pranala (link) untuk unduh aplikasi mobile nya yang merupakan terobosan baru PIONAS BPOM dalam upaya meningkatkan akses informasi terstandar,  demikian menurut ibu Dra. Rita Endang, Apt, MKes sebagai Plt. Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM. Menurut ibu Rita, pengembangan aplikasi IONI melalui aplikasi mobile yang sesuai kebutuhan profesi kesehatan, khususnya Apoteker, sangat mendukung bidang Informasi Obat dan Makanan PIOM dalam melaksanakan layanan informasi obat sejalan d...

Apoteker dalam Berbagai Bahasa

Beberapa waktu lalu saya sedang iseng-iseng browsing dan blogwalking , ketemu situs yang menampilkan apoteker dalam berbagai bahasa (cuma lupa alamat situsnya). Berikut ini adalah daftar sinonim apoteker/farmasis dalam berbagai bahasa : Pharmacist Apoteker Farmatseut Pharmacien Farmacèutic APOTEKAR Lekarnik Danh tu Pharmazeut GYÓGYSZERÉSZ APTEIKER Poitigéir ECZACI Farmaceuter Farmaciisto Farmatseut Yakuzaishi Parmasyutika FARMACEUTA Apteekkari Farmacêutico Farmacista Farmacininkas FARMACEUT FARMACIST Nah, bagi yang tahu bahasa mana, silahkan beri keterangan di komentar...Atau mau menambahkan sinonim yang belum tercantum di atas ?

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang pembatasan distribusi obat

Ini dia produk baru Ibu Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan Indonesia. Permenkes yang dikeluarkan tanggal 3 November 2008 ini menyatakan perusahaan farmasi yang tidak memiliki fasilitas distribusi tidak boleh meregistrasi usahanya. Permenkes 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang pembatasan distribusi obat dinilai berpotensi mengakibatkan ditutupnya perusahaan-perusahaan farmasi asing . Saat jumpa pers Kebijakan Obat di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kepentingan Konsumen Kamis, 6 Nov di Jakarta, Executive Director International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) Parulian Simanjutak mengatakan bahwa ini akan mengakibatkan ditutupnya perusahaan farmasi asing, terutama 14 anggota IPMG juga ikut terancam. Dari 29 anggota IPMG, 14 di antaranya termasuk klasifikasi Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang berskala internasional. Namun, 14 perusahaan farmasi anggota IPMG tersebut tidak mempunyai fasilitas distribusi.  Beberapa poin penting dan hal baru yang perlu perlu dicermati da...