
Temuan bahwa orang-orang berbagi obat resep ”bukan hal mengejutkan luar biasa”. Namun demikian, lama berbaginya lebih tinggi dari yang kami duga, menurut Dr. Richard Goldworthty, direktur penelitian dan pengembangan dari The Academic Edge, Inc. Temuan ini dipublikasikan dalam American Journal of Public Health yang dijadualkan muncul dalam edisi cetak bulan Juni 2008. Walaupun idealnya orang-orang tidak boleh berbagi pengobatan apapun, faktanya orang-orang berbagi dan dalam kebanyakan kasus bermanfaat dan berisiko kecil. Di lain pihak, berbagi pengobatan resep dikaitkan dengan risiko yang bermakna. Kita seharusnya tidak pernah berbagi antiobiotik karena pengobatan penuh harus dihabiskan ketika menggunakannya. Jika Anda atau seseorang tidak menghabiskan obat antibiotikanya, maka akan terjadi peningkatan bakteri yang menjadi resisten pada obat yang digunakan bersama.
Beberapa kelas obat tertentu bersifat teratogenik yang artinya menyebabkan kerusakan pada janin. Beberapa bahkan terjadi sebulan sebelum konsepsi. Oleh karena itu, obat-obat ini termasuk obat anti jerawat isotretinoin jangan dibagikan kepada yang lain.
Untuk obat penghilang nyeri, obat alergi dan obat penghilang gejala-gejala lain, jika Anda ingin memberikan obat resep kepada orang lain, Anda harus memberikan instruksi dan peringatan kepada mereka. Hampir mirip, jika Anda meminjam dari seseorang, Anda harus khawatir tentang bagaimana menggunakannya dan kapan tidak boleh digunakan. Goldsworthy menyarakan memberitahukan kepada dokter Anda tentang hal ini bila Anda meminjam obat resep.
Survey juga menunjukkan bahwa kulit putih (23%) dan Hispanik (26%) lebih suka membagi resep obat nyeri dibandingkan orang Amerika keturunan Afrika (14%). Wanita lebih suka berbagi antiobiotik (24 % vs 12%) dibandingkan pria.
Orang-orang tampaknya lebih suka berbagi obat resep jika pengobatan berasal dari anggota keluarga, mereka punya resep obat itu tapi habis atau tidak bawa atau sedang dalam keadaan gawat.
Sumber : American Journal of Public Health, Juni 2008
Komentar