
Orang Amerika tua tanpa ada masalah kesehatan mayor, kemungkinan mengalami stroke sekitar 1 dari 10 orang dan tidak mengetahuinya. Kemungkinan tidak cukup parah untuk menyebabkan gejala yang dapat diamati seperti masalah penglihatan, masalah muka atau gangguan berjalan, tapi tetap ada blokade arteri otak dan penurunan kemampuan berpikir sedikit. Studi ini dilaporkan di dalam jurnal Stroke edisi online.
Perkiraan muncul dari sebuah studi baru dari 2.040 orang, rata-rata berumur 62 tahun, dalam studi Framingham Offspring yang sedang berjalan. Citra MRI menunjukkan bahwa 10,7% dari mereka mengalami apa yang disebut oleh penulis studi, Dr. Sudha Seshadari, asisten profesor neurologi di Universitas Boston disebut 'a silent brain infark'. Ini seperti apa yang disebut oleh para dokter infark miokardial, yaitu blokade pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan jaringan. Pada kasus 'silent stroke', blokade dan kerusakan terjadi di dalam otak tanpa gejala-gejala.
Menurut Seshadari, silent stroke berbeda dari transient ischemic attack (TIA), suatu kehilangan fungsi otak sesaat. TIA menyebabkan beberapa gejala, sementara silent stroke tidak, seperti definisinya. Keduanya memberikan tanda bahaya yang perlu diperhatikan sampai faktor-faktor risiko seperti kadar kolesterol, tekanan darah, obesitas dan merokok.
Insiden yang ditemukan dalam studi Framingham Offspring tidak jauh berbeda dengan studi sebelumnya, tapi kelompok orang dalam studi ini lebih muda dibandingkan kebanyakan studi sebelumnya. Fakta bahwa 1 dari 10 orang mengalami serangan tiba-tiba yang berdampak pada otak merupakan hal yang harus kita pedulikan dan harus diantisipasi.
Efek silent brain infarct yang ditunjukkan pada pencitraan MRI sebagai 'lesi kecil dalam berbagai bagian otak', kata Seshadari. Pencitraan MRI tidak dapat memberikan petunjuk apakah telah terjadi silent stroke.Pengujian menunjukkan bahwa rata-rata mereka dengan lesi menunjukkan tanda-tanda seperti kehilangan fleksibilitas berbicara dibandingkan kontrol dengan umur yang sama.
Insiden yang terlihat di dalam studi tidak mengejutkan Dr. Claudette Brooks, direktur laboratorium neurovaskular di West Virginia Health Sciences Center. Ketika mengamati penyebab sakit kepala dan masalah yang mirip, hal yang tidak mengejutkannya ketika ia melihat lesi ini, kata Brooks. Angka silent stroke lebih tinggi kemungkinan pada orang Amerika keturunan Afrika. Mereka mempunyai insiden hipertensi, aterosklerosis dan hiperlipidemia lebih tinggi.
Tidak ada kebutuhan khusus untuk menurunkan risiko silent stroke kata Seshadari dan Brooks. Seshadari tidak merekomendasikan agar orang-orang segera melakukan pengecekan dengan MRI. Terserah komunitas kesehatan masyarakat dan medis untuk menekankan pentingnya mengontrol faktor-faktor risiko. Jika Anda tidak mempunyai faktor risiko seperti kadar kolesterol tinggi, obesitas dan diabetes, cobalah menjaga diri Anda tetap di luar kelompok ini. Jika Anda termasuk di dalamnya, cobalah modifikasi faktor risiko dengan menjaga tekanan darah dan menurunkan kolesterol.
Sumber : MedlinePlus
Komentar