Langsung ke konten utama

MEDMARX akan Menjadi Pusat Data Kesalahan Pengobatan Terbesar di Dunia

U.S Pharmacopoeia (USP) telah membentuk kerjasama strategis dengan Quantros, penyedia layanan teknologi manajemen informasi kesehatan, untuk meningkatkan MEDMARK yang merupakan program pelaporan kejadian efek samping obat USP. Pusat data yang lebih padat hasil aliasi ini akan membuat USP dan pengguna MEDMARX mengakses sejumlah data yang lebih besar dari lebih banyak rumah sakit dan sistem kesehatan untuk mengidentidikasi dan pencegahan kesalahan pengobatan dan kejadian efek samping obat. Pusat data MEDMARX saat ini mengumpulkan data lebih dari 400 rumah sakit dan sistem kesehatan dan merupakan pusat data kesalahan pengobatan terbesar di dunia.

Di bawah pengaturan ini, Quantros akan mengelola operasi sistem MEDMARX, termasuk pemasaran, penjualan dan penunjang klien. Hal ini memungkinkan USP melanjutkan fokus, bahkan lebih intensif pada analisis, penelitian, pembuatan standard dan penyebaran praktek keamanan yang akan membantu para praktisi mencegah kesalahan.

Quantros dan usaha keamanan pasien dari USP adalah komplementer menurut Roger L. Williams, M.D., wakli presiden dan CEO dari USP. Dua organisasi berbagi komitmen untuk mengirangi kesalahan pengobatan dan menginkatkan kesehatan masyarakat. Kemitraan ini akan memberikan yang terbaik buat pelanggan melalui kekuatan masing-masing, manajemen teknologi dari Quantros dan analisis data, penelitian, pembentukan standard dan pelaporan dari USP.

Sanjaya Kumar, M.D., presiden dan CEO Quantros mengatakan bahwa mereka akan memberikan para pelanggan MEDMARX dengan pusat data yang lebih lengkap yang dapat membuka jalan bagi para pemberi jasa layanan kesehatan, tambahan informasi keamanan pasien yang lebih berharga. Kemitraan USP/Quantros ini efektif per 1 Januari 2008.

Saat ini MEDMARX sudah merilis versi 6.0 dengan tampilan berikut :

Mau lihat demonya ? Disini.

Sumber :

www.usp.org/newscenter.FY0819

www.quantros.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IONI mobile layanan Informasi Obat yang Inovatif dari PIONAS BPOM

Sesudah sekian lama tidak mengisi blog dunia farmasi, sudah waktunya, memulai lagi tulisan seputar dunia farmasi dan kesehatan. Kita mulai dengan hasil pertemuan saya diundang Pusat Informasi Obat (PIONAS) BPOM, 28 November 2014 dalam rangka soft launching IONI (Infomatorium Obat Nasional Indonesia). Ada yang tahu dan pernah pake buku IONI sebagai referensi terpercaya dan independen mengenai obat yang beredar di Indonesia ? Hmmm...kalau banyak yang belum saya ulas sedikit dan nanti sy kasih pranala (link) untuk unduh aplikasi mobile nya yang merupakan terobosan baru PIONAS BPOM dalam upaya meningkatkan akses informasi terstandar,  demikian menurut ibu Dra. Rita Endang, Apt, MKes sebagai Plt. Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM. Menurut ibu Rita, pengembangan aplikasi IONI melalui aplikasi mobile yang sesuai kebutuhan profesi kesehatan, khususnya Apoteker, sangat mendukung bidang Informasi Obat dan Makanan PIOM dalam melaksanakan layanan informasi obat sejalan d...

Apoteker dalam Berbagai Bahasa

Beberapa waktu lalu saya sedang iseng-iseng browsing dan blogwalking , ketemu situs yang menampilkan apoteker dalam berbagai bahasa (cuma lupa alamat situsnya). Berikut ini adalah daftar sinonim apoteker/farmasis dalam berbagai bahasa : Pharmacist Apoteker Farmatseut Pharmacien Farmacèutic APOTEKAR Lekarnik Danh tu Pharmazeut GYÓGYSZERÉSZ APTEIKER Poitigéir ECZACI Farmaceuter Farmaciisto Farmatseut Yakuzaishi Parmasyutika FARMACEUTA Apteekkari Farmacêutico Farmacista Farmacininkas FARMACEUT FARMACIST Nah, bagi yang tahu bahasa mana, silahkan beri keterangan di komentar...Atau mau menambahkan sinonim yang belum tercantum di atas ?

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang pembatasan distribusi obat

Ini dia produk baru Ibu Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan Indonesia. Permenkes yang dikeluarkan tanggal 3 November 2008 ini menyatakan perusahaan farmasi yang tidak memiliki fasilitas distribusi tidak boleh meregistrasi usahanya. Permenkes 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang pembatasan distribusi obat dinilai berpotensi mengakibatkan ditutupnya perusahaan-perusahaan farmasi asing . Saat jumpa pers Kebijakan Obat di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kepentingan Konsumen Kamis, 6 Nov di Jakarta, Executive Director International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) Parulian Simanjutak mengatakan bahwa ini akan mengakibatkan ditutupnya perusahaan farmasi asing, terutama 14 anggota IPMG juga ikut terancam. Dari 29 anggota IPMG, 14 di antaranya termasuk klasifikasi Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang berskala internasional. Namun, 14 perusahaan farmasi anggota IPMG tersebut tidak mempunyai fasilitas distribusi.  Beberapa poin penting dan hal baru yang perlu perlu dicermati da...