Langsung ke konten utama

Apa yang Perusahaan Farmasi harus Lakukan dengan Web 2.0 ?

Sebuah review atas pertanyaan teratas yang diajukan oleh klien Manhattan Research selama beberapa bulan dalam topik : Apa yang perusahaan farmasi harus lakukan dengan web 2.0 ?

Banyak sekali jawaban untuk pertanyaan ini dan jawabannya bervariasi sangat besar tegantung kultur setiap perusahaan, produk dan target populasi dalam pertanyaan dan tujuan khusus dari merk. Namun, ada beberapa pedoman yang perusahaan farmasi, bioteknologi dana alat kesehatan dapat gunakan sebagai kerangka untuk mengidentifikasi strategi web 2.0 bagi mereka.

Jelas bahwa ide user-generated content, yang merupakan hal sangat mendasar dari web 2.0, menghadirkan variasi logistik dan kesulitan dalam hukum bagi perusahaan farmasi untuk memulainya. Dengan persyaratan peraturan ketat terhadap indikasi, klaim khasiat, dan kejadian yang tidak diharapkan, dapat dipahami kesulitan perusahaan farmasi mendapatkan pemikiran kolektif seputar konsep penciptaan konten online yang benar-benar kolaboratif.

Namun demikian, tidak semua perusahaan farmasi 'malu-malu' terhadap user-generated content online. Merck membangun sebuah halaman grup facebook "Take a Step againts Cervical Cancer" dengan lebih 46.000 anggota. Yang lebih menakjubkan adalah grup yang dikelola oleh Katie Brickell : Cervical Cancer - Be Aware, please, spread the word sudah mencapai anggota 90.556 (27 Mei 2009).

Sementara itu, Bayer Healthcare mendukung komunitas penderita multiple sclerosis di ms-gateway.com selama beberapa tahun. Perusahaan seperti Genentech beriklan di dailystrength.org dan perusahaan lain yang tak terhitung jumlahnya telah menggandeng lembaga riset untuk memonitor blog dan melaporkan temuan tentang pandangan konsumen terhadap seuatu produk. Jelas bahwa pengembangan ke web 2.0 tidak berisiko seperti yang dikira selama ini.

Ada beberapa 'dasar' tentang web 2.0 yang herus diketahui oleh marketer farmasi atau eksekutifnya yaitu perlu hati-hati dan secara aktif mencari hal-hal untuk antisipasi. Menggunakan kerangka kerja ini sebagai dasar untuk memperoleh rencana serangan menggunakan web 2.0 yang lebih solid, perusahaan akan memanen kekuatan internet untuk tetap berhubungan dengan pelanggannya.

Post Permalink

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IONI mobile layanan Informasi Obat yang Inovatif dari PIONAS BPOM

Sesudah sekian lama tidak mengisi blog dunia farmasi, sudah waktunya, memulai lagi tulisan seputar dunia farmasi dan kesehatan. Kita mulai dengan hasil pertemuan saya diundang Pusat Informasi Obat (PIONAS) BPOM, 28 November 2014 dalam rangka soft launching IONI (Infomatorium Obat Nasional Indonesia). Ada yang tahu dan pernah pake buku IONI sebagai referensi terpercaya dan independen mengenai obat yang beredar di Indonesia ? Hmmm...kalau banyak yang belum saya ulas sedikit dan nanti sy kasih pranala (link) untuk unduh aplikasi mobile nya yang merupakan terobosan baru PIONAS BPOM dalam upaya meningkatkan akses informasi terstandar,  demikian menurut ibu Dra. Rita Endang, Apt, MKes sebagai Plt. Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM. Menurut ibu Rita, pengembangan aplikasi IONI melalui aplikasi mobile yang sesuai kebutuhan profesi kesehatan, khususnya Apoteker, sangat mendukung bidang Informasi Obat dan Makanan PIOM dalam melaksanakan layanan informasi obat sejalan d...

Apoteker dalam Berbagai Bahasa

Beberapa waktu lalu saya sedang iseng-iseng browsing dan blogwalking , ketemu situs yang menampilkan apoteker dalam berbagai bahasa (cuma lupa alamat situsnya). Berikut ini adalah daftar sinonim apoteker/farmasis dalam berbagai bahasa : Pharmacist Apoteker Farmatseut Pharmacien Farmacèutic APOTEKAR Lekarnik Danh tu Pharmazeut GYÓGYSZERÉSZ APTEIKER Poitigéir ECZACI Farmaceuter Farmaciisto Farmatseut Yakuzaishi Parmasyutika FARMACEUTA Apteekkari Farmacêutico Farmacista Farmacininkas FARMACEUT FARMACIST Nah, bagi yang tahu bahasa mana, silahkan beri keterangan di komentar...Atau mau menambahkan sinonim yang belum tercantum di atas ?

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang pembatasan distribusi obat

Ini dia produk baru Ibu Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan Indonesia. Permenkes yang dikeluarkan tanggal 3 November 2008 ini menyatakan perusahaan farmasi yang tidak memiliki fasilitas distribusi tidak boleh meregistrasi usahanya. Permenkes 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang pembatasan distribusi obat dinilai berpotensi mengakibatkan ditutupnya perusahaan-perusahaan farmasi asing . Saat jumpa pers Kebijakan Obat di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kepentingan Konsumen Kamis, 6 Nov di Jakarta, Executive Director International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) Parulian Simanjutak mengatakan bahwa ini akan mengakibatkan ditutupnya perusahaan farmasi asing, terutama 14 anggota IPMG juga ikut terancam. Dari 29 anggota IPMG, 14 di antaranya termasuk klasifikasi Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang berskala internasional. Namun, 14 perusahaan farmasi anggota IPMG tersebut tidak mempunyai fasilitas distribusi.  Beberapa poin penting dan hal baru yang perlu perlu dicermati da...