
Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa penderita Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau 'ngorok' hampir 5 kali lebih banyak mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan orangnya cedera, dibandingkan mereka yang tanpa gangguan bernapas saat tidur. Dr. Najib dari Universitas British Columbia dan koleganya menemukan bahwa semakin parah sleep apnea, semakin besar risikonya. Ayas dan timnya melaporkan penelitian ini di dalam jurnal Thorax edisi Juni 2008.
Orang yang mengalami OSA bangun tidur beberapa kali setiap malam akibat terhalangnya saluran udara dan diketahui sebagai faktor risiko terbesar mengalami kecelakaan mobil karena kurang tidur dan tidur sesaat sewaktu mengendarai mobil. Namun, kebanyakan studi telah mengandalkan laporan pasien sendiri dalam kecelakaan mobil, yang jelas tidak dapat diandalkan.
Ayas dan koleganya membuat hipotesis penderita sleep apnea akan lebih banyak terlibat
di dalam kecelakaan mobil, khususnya tabrakan parah yang mengakibatkan luka. Mereka menelidiki 783 orang yang dicurigai mengalami sleep apnea, yang telah mengikuti studi pola tidur polisomnografi untuk mendiagnosis adanya sleep apnea dan keparahannya. Mereka membandingkan catatan asuransi termasuk informasi setiap tabrakan selama 3 tahun sebelum pasien menjalani uji.
Diantara penderita sleep apnea, 252 mengalami tabrakan, dibandingkan 123 kecelakaan pada pasien kontrol. Secara keseluruhan, orang dengan kondisi ini 2,6 kali lebih banyak mengalami kecelakaan mobil dalam 3 tahun dalam 3 tahun terakhir. 140 orang yang telah menjalani polisomnografi tapi tidak mengalami sleep apnea tampaknya lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan kelaompok kontrol.
Pasien sleep apnea juga 4,8 kali lebih banyak mengalami kecelakaan dengan luka, sedangkan mereka yang mengalami sleep apnea berat 6,1 kali lebih besar mengalami kecelakaan dibandingkan orang-orang yang menjalani polisomnografi tapi tidak punya kondisi ini. Contohnya, 8 penderita sleep apnea diantara 10 kecelakaan sangat berat yaitu benturan di kepala atau terhempas yang melibatkan pejalan kaki dan pengendara sepeda.
Gejala-gejala utama sleep apnea dalah ngorok yang keras, walaupun kebanyakan orang 'mengorok' tidak memiliki kondisi ini. Penanganan dengan tekanan udara positif secara kontinyu, melalui pemakaian masker yang memasukkan oksigen ke dalam paru-paru, telah menunjukkan penurunan risiko tabrakan dan meningkatkan perhatian pengendara yang mengalami sleep apnea. Obesitas adalah faktor risiko bagi kondisi ini sehingga penurunan berat badan, menghindari alkohol dan berhenti merokok dapat membantu.
Ayas dan koleganya menyimpulkan bahwa peningkatan kepedulian masyarakat terhadap gejala-gejala dan risiko OSA bersamaan dengan perbaikan akses pada diagnosis dan penanganan akan memberikan pengiritan besar bagi masyarakat selain manfaat bagi individual pasien.
Sumber : MedlinePlus 16 Juni 2008.
Komentar