Langsung ke konten utama

Vitamin D lebih penting dibandingkan asupan tinggi kalsium dalam mengatur metabolisme kalsium

Kadar asupan kalsium lebih dari 800 mg/d perhari tidak ada gunanya untuk mengatur metabolisme kalsium apabila status vitamin D nya tidak adekuat, dilaporkan dari hasil penelitian JAMA.

Pentingnya status vitamin D yang adekuat untuk kesehatan tulang yang optimum ternyata telah terbukti beberapa tahun belakangan ini. Asupan vitamin D yang ideal tidak diketahui pasti, karena terdapat bermacam-macam perbedaan kebutuhan dari setiap individu. Serum 25-hydroxyvitamin D merupakan indikator dari status vitamin D. Terdapat hubungan terbalik antara serum 25-hydoxyvitamin D dan serum  parathyroid hormon (PTH) yang tidak dapat dipungkiri. Parathyroid hormon merupakan hormon yang mengatur konsentrasi serum normal dari kalsium dan phosphate dan kemudian akan mengatur kadar calcitriol dan serum kalsium. Kekurangan vitamin D ataupun kalsium berhubungan dengan peningkatan dari PTH.

Laufe Steingrimsdottir, Ph.D., dari Lanspitali-University Hospital, Reykjavik, Iceland dan timnya melakukan penelitian untuk menentukan pentingnya asupan tinggi kalsium dan serum 25-hydroxyvitamin D untuk homeostasis kalsium (keseimbangan metabolik) bagi kesehatan.

Dilakukan penelitian terhadap 2.310 orang dewasa sehat dari Icelandic yang dibagi dalam 3 kelompok umur (30-35 tahun, 50-65 tahun, dan 70-85 tahun), dan pelaksanaannya Februari 2001 sampai Januari 2003.

Partisian diberi pertanyaan semi kuantitatif tentang kuantitas makanan, kemudian dinilai asupan vitamin D dan kalsiumnya. Selanjutnya partisipan dibagi dalam kelompok dengan asupan kalsium kurang dari 800 mg/d, 800-1200 mg/d dan lebih dari 1200 mg/d, dan serum 25-hydroxyvitamin D kurang dari 10 ng/mL,  10-18 ng/mL, dan lebih dari 18 ng/mL. Totalnya sebanyak 944 partisipan yang melengkapi pertanyaan tentang pola makan mereka.

Peneliti melaporkan bahwa setelah disesuaikan dengan faktor penunjang, serum PTH yang utuh paling rendah terdapat pada kelompok serum 25-hydroxyvitamin D yang kadarnya lebih dari 18 ng/mL tetapi paling tinggi pada kelompok serum 25-hydroxyvitamin D dengan kadar kurang dari 10 ng/mL. Pada mereka yang kadar serum 25-hydroxyvitamin D nya rendah (kurang dari 10 ng/mL), asupan kalsiumnya kurang dari 800 mg/dl, hal ini berarti berbeda bermakna antara kelompok paling rendah dan kelompok paling tinggi dari vitamin D.

Kamaknaan penelitian ini ditunjukkan dari kuatnya hubungan negatif antara kecukupan kadar serum 25-hydroxivitamin D dan PTH, dengan asupan kalsium yang bervariasi mulai dari kadarnya yang kurang dari 800 mg/d sampai lebih dari 1200 mg/d. Kesimpulannya adalah kecukupan vitamin D dapat menjamin kadar serum PTH yang ideal, saat kadar asupan kalsium kurang dari 800 mg/d hingga tingginya asupan kalsium lebih dari 1200 md/d tetap tidak akan cukup untuk mengatur kadar serum PTH yang ideal, selama status vitamin D nya tidak cukup, kata peneliti.

Kesimpulannya adalah kecukupan kadar vitamin D lebih penting dibandingkan asupan kalsium yang tinggi dalam mengatur kadar serum PTH. Vitamin D merupakan pendamping kalsium yang efektif dan selama status vitamin D tidak terpenuh, asupan kadar kalsium lebih dari 800 mg/d tidak akan cukup untuk mengatur metabolisme dari kalsium.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IONI mobile layanan Informasi Obat yang Inovatif dari PIONAS BPOM

Sesudah sekian lama tidak mengisi blog dunia farmasi, sudah waktunya, memulai lagi tulisan seputar dunia farmasi dan kesehatan. Kita mulai dengan hasil pertemuan saya diundang Pusat Informasi Obat (PIONAS) BPOM, 28 November 2014 dalam rangka soft launching IONI (Infomatorium Obat Nasional Indonesia). Ada yang tahu dan pernah pake buku IONI sebagai referensi terpercaya dan independen mengenai obat yang beredar di Indonesia ? Hmmm...kalau banyak yang belum saya ulas sedikit dan nanti sy kasih pranala (link) untuk unduh aplikasi mobile nya yang merupakan terobosan baru PIONAS BPOM dalam upaya meningkatkan akses informasi terstandar,  demikian menurut ibu Dra. Rita Endang, Apt, MKes sebagai Plt. Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM. Menurut ibu Rita, pengembangan aplikasi IONI melalui aplikasi mobile yang sesuai kebutuhan profesi kesehatan, khususnya Apoteker, sangat mendukung bidang Informasi Obat dan Makanan PIOM dalam melaksanakan layanan informasi obat sejalan d...

Apoteker dalam Berbagai Bahasa

Beberapa waktu lalu saya sedang iseng-iseng browsing dan blogwalking , ketemu situs yang menampilkan apoteker dalam berbagai bahasa (cuma lupa alamat situsnya). Berikut ini adalah daftar sinonim apoteker/farmasis dalam berbagai bahasa : Pharmacist Apoteker Farmatseut Pharmacien Farmacèutic APOTEKAR Lekarnik Danh tu Pharmazeut GYÓGYSZERÉSZ APTEIKER Poitigéir ECZACI Farmaceuter Farmaciisto Farmatseut Yakuzaishi Parmasyutika FARMACEUTA Apteekkari Farmacêutico Farmacista Farmacininkas FARMACEUT FARMACIST Nah, bagi yang tahu bahasa mana, silahkan beri keterangan di komentar...Atau mau menambahkan sinonim yang belum tercantum di atas ?

Pengelolaan Obat di Rumah Tangga

Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2013, menunjukkan ada 35,2 % rumah tangga menyimpan obat. Alasannya bukan hanya karena dalam pengobatan, tetapi juga untuk persediaan atau obat sisa. Kenyataannya, bisa dikatakan hampir semua keluarga (Rumah Tangga) menyimpan obat. Padahal dalam menyimpan obat, ada aturannya, baik jenis obat yang boleh disimpan, maupun kondisi penyimpanan yang baik dan benar. Penyimpanan obat yang benar, akan mempengaruhi stabilitas obat. Obat sintetis memiliki kandungan zat kimia yang dapat dipengaruhi oleh udara, suhu, kelembaban dan cairan. Demikian pula obat tradisional, harus disimpan dengan cara yang benar agar tidak rusak. Ada berbagai bentuk sediaan obat disimpan dengan cara yang sesuai. Cara penyimpanan umumnya dicantumkan pada kemasan obat. Namun tidak semua pasien dapat membaca atau memahami informasi pada kemasan tersebut. Misalnya untuk obat cair (sirup), seringkali disimpan di dalam lemari pendingin (kulkas), bahkan dalam freez...