Langsung ke konten utama

Merokok meningkatkan risiko kematian akibat PJK dan kanker paru

Suatu penelitian baru yang dipublikasikan oleh British Medical Journal menjelaskan bahwa merokok satu sampai empat batang sehari akan meningkatkan risiko kematian tiga kali lebih tinggi akibat penyakit jantung ataupun kanker paru, sedangkan pada wanita tampaknya risiko tersebut lebih tinggi lagi, dibandingkan mereka yang tidak merokok.

Ternyata anggapan bahwa merokok beberapa batang saja perharinya tidak akan membahayakan bagi kesehatan dibantah oleh tim peneliti dari Norwegia, yang menyelidiki penyebab kematian lebih dari 42.000 orang selama 25 tahun terakhir ini.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perokok ringan,  wanita maupun pria memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok. Hasil data yang berhasil dikumpulkan menunjukkan bahwa kematian akibat merokok terjadi setiap hari.

Laki-laki perokok ringan akan memiliki risiko kematian tiga kali lebih tinggi akibat kanker paru dibandingkan mereka yang tidak merokok, sedangkan wanita perokok ringan memiliki risiko kematian lima kali lebih tinggi akibat kanker paru dibandingkan mereka yang tidak merokok, peneliti mengindikasikan.

Peneliti mencatat 23.500 laki-laki dan 19.200 wanta yang memiliki kebiasaan merokok sejak pertengahan tahun 1970, terhadap risiko terjadinya penyakit jantung.

Dua tahun kemudian, dilakukan penelitian terhadap sejumlah sukarelawan yang masih hidup dan juga penyebab kematian terhadap mereka yang sudah meninggal, dan mencoba menghubungkan dengan riwayat kebiasaan merokoknya.

Dipelajari variasi kebiasaan merokok dari setiap sukarelawan. Beberapa dari mereka tidak merokok, sedangkan mereka yang merokok bervariasi jumlah yang mereka konsumsi, dari satu batang hingga 25 batang rokok per harinya.

Didapatkan penjelasan yang menguatkan, setidaknya dari tiga penelitian yang menjelaskan hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian serangan jantung. 

Peneliti lain menganalisis dampak merokok untuk jangka waktu 5 tahun. Diindikasikan bahwa risiko kematian akibat penyakit arteri koronaria akan mengkat 7% lebih tinggi, dan risiko kanker paru akan meningkat 47% lebih tinggi pada wanita.

Dunia Farmasi: Blog/Web yang mengomentari tulisan ini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IONI mobile layanan Informasi Obat yang Inovatif dari PIONAS BPOM

Sesudah sekian lama tidak mengisi blog dunia farmasi, sudah waktunya, memulai lagi tulisan seputar dunia farmasi dan kesehatan. Kita mulai dengan hasil pertemuan saya diundang Pusat Informasi Obat (PIONAS) BPOM, 28 November 2014 dalam rangka soft launching IONI (Infomatorium Obat Nasional Indonesia). Ada yang tahu dan pernah pake buku IONI sebagai referensi terpercaya dan independen mengenai obat yang beredar di Indonesia ? Hmmm...kalau banyak yang belum saya ulas sedikit dan nanti sy kasih pranala (link) untuk unduh aplikasi mobile nya yang merupakan terobosan baru PIONAS BPOM dalam upaya meningkatkan akses informasi terstandar,  demikian menurut ibu Dra. Rita Endang, Apt, MKes sebagai Plt. Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM. Menurut ibu Rita, pengembangan aplikasi IONI melalui aplikasi mobile yang sesuai kebutuhan profesi kesehatan, khususnya Apoteker, sangat mendukung bidang Informasi Obat dan Makanan PIOM dalam melaksanakan layanan informasi obat sejalan d...

Apoteker dalam Berbagai Bahasa

Beberapa waktu lalu saya sedang iseng-iseng browsing dan blogwalking , ketemu situs yang menampilkan apoteker dalam berbagai bahasa (cuma lupa alamat situsnya). Berikut ini adalah daftar sinonim apoteker/farmasis dalam berbagai bahasa : Pharmacist Apoteker Farmatseut Pharmacien Farmacèutic APOTEKAR Lekarnik Danh tu Pharmazeut GYÓGYSZERÉSZ APTEIKER Poitigéir ECZACI Farmaceuter Farmaciisto Farmatseut Yakuzaishi Parmasyutika FARMACEUTA Apteekkari Farmacêutico Farmacista Farmacininkas FARMACEUT FARMACIST Nah, bagi yang tahu bahasa mana, silahkan beri keterangan di komentar...Atau mau menambahkan sinonim yang belum tercantum di atas ?

Pengelolaan Obat di Rumah Tangga

Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2013, menunjukkan ada 35,2 % rumah tangga menyimpan obat. Alasannya bukan hanya karena dalam pengobatan, tetapi juga untuk persediaan atau obat sisa. Kenyataannya, bisa dikatakan hampir semua keluarga (Rumah Tangga) menyimpan obat. Padahal dalam menyimpan obat, ada aturannya, baik jenis obat yang boleh disimpan, maupun kondisi penyimpanan yang baik dan benar. Penyimpanan obat yang benar, akan mempengaruhi stabilitas obat. Obat sintetis memiliki kandungan zat kimia yang dapat dipengaruhi oleh udara, suhu, kelembaban dan cairan. Demikian pula obat tradisional, harus disimpan dengan cara yang benar agar tidak rusak. Ada berbagai bentuk sediaan obat disimpan dengan cara yang sesuai. Cara penyimpanan umumnya dicantumkan pada kemasan obat. Namun tidak semua pasien dapat membaca atau memahami informasi pada kemasan tersebut. Misalnya untuk obat cair (sirup), seringkali disimpan di dalam lemari pendingin (kulkas), bahkan dalam freez...