Terlepas pada kenyataan bahwa HIV sekarang dipandang “dapat ditatalaksanakan,” infeksi oportunistik (IO) tetap merupakan ancaman, khususnya bagi mereka yang tidak menyadari status HIV-nya dan mereka yang tidak memiliki pilihan pengobatan HIV. Dalam wawancara AIDSmeds ini, ilmuwan dari National Institutes of Health (NIH) Henry Masur, MD, menjelaskan bahwa Department of Health and Human Services (DHHS) baru-baru ini memperbaiki pedoman pencegahan dan pengobatan IO. Mereka membantu dokter dan pasien menghindari dan mengobati penyakit yang mengancam jiwa ini.
Seberapa sering kita dengar hari ini bahwa HIV adalah “penyakit kronis yang dapat ditatalaksanakan”? Maksudnya adalah bahwa HIV tidak lagi berbahaya dan cukup mudah untuk diobati. Tetapi menurut Dr. Masur, penulis utama pedoman ini, kurang lebih sepertiga orang yang hasil tes HIV-nya positif di banyak kota di AS, melakukan tes HIV setelah mereka mengalami AIDS dan membutuhkan pengobatan IO yang mengancam jiwa – atau dalam bahaya langsung karena hampir mengalaminya. Oleh karena itu adalah keliru apabila menganggap HIV dan penyakit terkait lainnya adalah masalah di masa lalu.
Guidelines for Prevention and Treatment of Opportunistic Infections in HIV-Infected Adults and Adolescents yang baru direvisi oleh DHHS termasuk bagian baru tentang pencegahan dan pengobatan virus hepatitis B (HBV). Pedoman ini juga termasuk bagian yang dikhususkan pada pencegahan dan penatalaksanaan sindrom pemulihan kekebalan (immune reconstitution inflammatory syndrome/IRIS) – gejala yang berpotensi berbahaya serupa IO yang dapat muncul apabila pengobatan antiretroviral (ART) dimulai oleh orang dengan jumlah CD4 rendah dan yang kekebalannya terhadap infeksi pulih secara cepat. Pedoman yang diperbarui ini penting bagi semua dokter yang mengobati orang yang berisiko terhadap IO, khususnya dokter yang lebih jarang menangani HIV.
AIDSmeds: Tingkat IO menurun karena penggunaan ART secara luas. Oleh karena itu mengapa memperbarui pedoman pengobatan saat ini? Mungkin pertanyaan yang lebih baik adalah: Mengapa dibutuhkan pedoman ini?
Henry Masur: Ya, kejadian IO sudah menurun secara bermakna. Tetapi juga benar bahwa diperkirakan ada 40.000 hingga 60.000 kasus HIV baru [di AS] per tahun. Jumlah tersebut belum berubah secara bermakna dalam dua puluh lima tahun terakhir. Di sebagian besar kota, 30% orang didiagnosis HIV waktu jumlah CD4-nya sudah di bawah 200 – 65% di antaranya tinggal di Washington, DC – dan banyak yang baru mengetahui bahwa mereka positif setelah didiagnosis dengan PCP, toksoplasmosis atau sitomegalovirus [CMV] di ruang gawat darurat. Oleh karena itu masih ada sejumlah orang yang bermakna yang mengembangkan IO.
Kita sungguh-sungguh berhadapan dengan dua populasi yang mengembangkan IO. Satu populasi yang memiliki akses yang baik untuk perawatan dan populasi lainnya tidak. Bahkan pada kelompok yang memiliki akses yang baik untuk perawatan, resistansi obat mungkin berkembang karena ketidakpatuhan dan faktor lain, pilihan obat kemudian dapat habis dan orang menjadi berisiko terhadap IO. Oleh karena itu penemuan strategi untuk mencegah IO, termasuk imunisasi dan strategi penatalaksanaan adalah penting.
Beberapa Perubahan Utama pada Pedoman Tersebut.
Dalam hal diagnosis, pedoman ini menyediakan informasi baru tentang kegunaan alat tes baru misalnya tes PCR atau tes BDNA untuk HCV, HBV, CMV, dan TB.
Kami juga menyoroti obat baru untuk IO, termasuk antijamur vorikonazol dan posakonazol. Pertanyaannya adalah, kapan obat tersebut harus dipakai? Juga ada obat baru untuk HBV, yang tidak termasuk dalam pedoman edisi 2002, sehingga kami juga membuat rekomendasi tentang obat tersebut.
Kita melihat kian hari kian banyak orang pendatang di negeri ini dengan HIV dan warga AS yang HIV-positif bepergian ke luar negeri. Sebaliknya, kita melihat kian banyak penyakit parasitis. Oleh karena itu ada bagian baru yang berfokus pada infeksi protozoa dan kerumitan terkait warga pendatang dan pelancong. Walaupun saya berpendapat bahwa infeksi ini bukan merupakan beban kesehatan yang sangat besar di AS, dokter yang sibuk mungkin harus menghadapi mereka.
Ada beberapa bagian baru tentang IRIS dalam pedoman yang diperbarui ini. Seberapa umum IRIS tersebut? Apa yang harus diperhatikan oleh pasien dan dokter?
Banyak orang HIV-positif dengan jumlah CD4 rendah yang memulai terapi untuk pertama kali mengalami IRIS, tetapi hal ini tidak selalu menjadi masalah. Apabila kita melakukan pengamatan CT atau MRI setiap dua minggu pada kelompok yang baru pertama kali memakai ART, saya yakin kita akan menemukan beberapa kelenjar getah bening yang ukurannya sudah berubah, sebuah tanda IRIS – tetapi hal ini biasanya tidak penting secara klinis. Pertanyaannya adalah, apa yang penting secara klinis – dan hal tersebut secara jelas tergantung pada jenis penyakit aktif atau infeksi tanpa gejala yang sudah ada sebelumnya.
Apabila pasien sebelumnya pernah memiliki meningitis kriptokokal, toksoplasmosis atau bahkan progressive multifocal leukoencephalopathy [PML], gejala buruk dapat muncul waktu dimulai ART. Orang juga dapat memiliki infeksi laten, misalnya kriptokokus atauTB, yang belum menyebabkan gejala tetapi dapat menyebabkan masalah waktu sistem kekebalan mulai menanggapi pengobatan HIV.
Kita tidak memiliki alat atau pengetahuan untuk memprediksi pasien dengan jumlah CD4 rendah yang mana yang akan mengembangkan kejadian IRIS yang berat. Kita juga belum memahami apakah kita harus menatalaksana gejala sekadar dengan memantau pasien, meresepkan steroid atau menghentikan ART sama sekali, yang biasanya bukanlah hal yang ingin kita lakukan.
Saya tahu bahwa adalah kekecewaan bagi orang yang memiliki pertanyaan tentang IRIS, tetapi menyesal sekali kami tidak memiliki banyak jawaban yang berdasarkan data.
Sekali lagi, kenyataannya adalah kian banyak orang yang baru mengetahui bahwa mereka HIV-positif di ruang gawat darurat. Apa yang dilakukan NIH untuk memastikan bahwa para dokter, khususnya mereka yang bertugas di unit gawat darurat, menyadari pedoman ini?
Kami mencoba bekerja dengan para dokter agar mereka tahu bahwa ada pedoman ini tersedia. Masalah utama yang dihadapi dokter gawat darurat adalah apakah harus menangani masalah kesehatan di unit gawat darurat atau di tempat lain. Dilakukan banyak upaya agar para dokter, khususnya mereka yang bertugas di ruang gawat darurat, menyadari pentingnya melakukan tes HIV, kerumitan penyakit ini dan betapa pentingnya untuk melibatkan dokter penyakit menular secara lebih dini.
Pedoman baru ini diterbitkan secara bersama-sama dengan NIH, the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan HIV Medicine Association of the Infectious Diseases Society of America (HIVMA/IDSA). Klik di bawah ini untuk mengunduh pedoman tersebut.
Post Permalink
Seberapa sering kita dengar hari ini bahwa HIV adalah “penyakit kronis yang dapat ditatalaksanakan”? Maksudnya adalah bahwa HIV tidak lagi berbahaya dan cukup mudah untuk diobati. Tetapi menurut Dr. Masur, penulis utama pedoman ini, kurang lebih sepertiga orang yang hasil tes HIV-nya positif di banyak kota di AS, melakukan tes HIV setelah mereka mengalami AIDS dan membutuhkan pengobatan IO yang mengancam jiwa – atau dalam bahaya langsung karena hampir mengalaminya. Oleh karena itu adalah keliru apabila menganggap HIV dan penyakit terkait lainnya adalah masalah di masa lalu.
Guidelines for Prevention and Treatment of Opportunistic Infections in HIV-Infected Adults and Adolescents yang baru direvisi oleh DHHS termasuk bagian baru tentang pencegahan dan pengobatan virus hepatitis B (HBV). Pedoman ini juga termasuk bagian yang dikhususkan pada pencegahan dan penatalaksanaan sindrom pemulihan kekebalan (immune reconstitution inflammatory syndrome/IRIS) – gejala yang berpotensi berbahaya serupa IO yang dapat muncul apabila pengobatan antiretroviral (ART) dimulai oleh orang dengan jumlah CD4 rendah dan yang kekebalannya terhadap infeksi pulih secara cepat. Pedoman yang diperbarui ini penting bagi semua dokter yang mengobati orang yang berisiko terhadap IO, khususnya dokter yang lebih jarang menangani HIV.
AIDSmeds: Tingkat IO menurun karena penggunaan ART secara luas. Oleh karena itu mengapa memperbarui pedoman pengobatan saat ini? Mungkin pertanyaan yang lebih baik adalah: Mengapa dibutuhkan pedoman ini?
Henry Masur: Ya, kejadian IO sudah menurun secara bermakna. Tetapi juga benar bahwa diperkirakan ada 40.000 hingga 60.000 kasus HIV baru [di AS] per tahun. Jumlah tersebut belum berubah secara bermakna dalam dua puluh lima tahun terakhir. Di sebagian besar kota, 30% orang didiagnosis HIV waktu jumlah CD4-nya sudah di bawah 200 – 65% di antaranya tinggal di Washington, DC – dan banyak yang baru mengetahui bahwa mereka positif setelah didiagnosis dengan PCP, toksoplasmosis atau sitomegalovirus [CMV] di ruang gawat darurat. Oleh karena itu masih ada sejumlah orang yang bermakna yang mengembangkan IO.
Kita sungguh-sungguh berhadapan dengan dua populasi yang mengembangkan IO. Satu populasi yang memiliki akses yang baik untuk perawatan dan populasi lainnya tidak. Bahkan pada kelompok yang memiliki akses yang baik untuk perawatan, resistansi obat mungkin berkembang karena ketidakpatuhan dan faktor lain, pilihan obat kemudian dapat habis dan orang menjadi berisiko terhadap IO. Oleh karena itu penemuan strategi untuk mencegah IO, termasuk imunisasi dan strategi penatalaksanaan adalah penting.
Beberapa Perubahan Utama pada Pedoman Tersebut.
Dalam hal diagnosis, pedoman ini menyediakan informasi baru tentang kegunaan alat tes baru misalnya tes PCR atau tes BDNA untuk HCV, HBV, CMV, dan TB.
Kami juga menyoroti obat baru untuk IO, termasuk antijamur vorikonazol dan posakonazol. Pertanyaannya adalah, kapan obat tersebut harus dipakai? Juga ada obat baru untuk HBV, yang tidak termasuk dalam pedoman edisi 2002, sehingga kami juga membuat rekomendasi tentang obat tersebut.
Kita melihat kian hari kian banyak orang pendatang di negeri ini dengan HIV dan warga AS yang HIV-positif bepergian ke luar negeri. Sebaliknya, kita melihat kian banyak penyakit parasitis. Oleh karena itu ada bagian baru yang berfokus pada infeksi protozoa dan kerumitan terkait warga pendatang dan pelancong. Walaupun saya berpendapat bahwa infeksi ini bukan merupakan beban kesehatan yang sangat besar di AS, dokter yang sibuk mungkin harus menghadapi mereka.
Ada beberapa bagian baru tentang IRIS dalam pedoman yang diperbarui ini. Seberapa umum IRIS tersebut? Apa yang harus diperhatikan oleh pasien dan dokter?
Banyak orang HIV-positif dengan jumlah CD4 rendah yang memulai terapi untuk pertama kali mengalami IRIS, tetapi hal ini tidak selalu menjadi masalah. Apabila kita melakukan pengamatan CT atau MRI setiap dua minggu pada kelompok yang baru pertama kali memakai ART, saya yakin kita akan menemukan beberapa kelenjar getah bening yang ukurannya sudah berubah, sebuah tanda IRIS – tetapi hal ini biasanya tidak penting secara klinis. Pertanyaannya adalah, apa yang penting secara klinis – dan hal tersebut secara jelas tergantung pada jenis penyakit aktif atau infeksi tanpa gejala yang sudah ada sebelumnya.
Apabila pasien sebelumnya pernah memiliki meningitis kriptokokal, toksoplasmosis atau bahkan progressive multifocal leukoencephalopathy [PML], gejala buruk dapat muncul waktu dimulai ART. Orang juga dapat memiliki infeksi laten, misalnya kriptokokus atauTB, yang belum menyebabkan gejala tetapi dapat menyebabkan masalah waktu sistem kekebalan mulai menanggapi pengobatan HIV.
Kita tidak memiliki alat atau pengetahuan untuk memprediksi pasien dengan jumlah CD4 rendah yang mana yang akan mengembangkan kejadian IRIS yang berat. Kita juga belum memahami apakah kita harus menatalaksana gejala sekadar dengan memantau pasien, meresepkan steroid atau menghentikan ART sama sekali, yang biasanya bukanlah hal yang ingin kita lakukan.
Saya tahu bahwa adalah kekecewaan bagi orang yang memiliki pertanyaan tentang IRIS, tetapi menyesal sekali kami tidak memiliki banyak jawaban yang berdasarkan data.
Sekali lagi, kenyataannya adalah kian banyak orang yang baru mengetahui bahwa mereka HIV-positif di ruang gawat darurat. Apa yang dilakukan NIH untuk memastikan bahwa para dokter, khususnya mereka yang bertugas di unit gawat darurat, menyadari pedoman ini?
Kami mencoba bekerja dengan para dokter agar mereka tahu bahwa ada pedoman ini tersedia. Masalah utama yang dihadapi dokter gawat darurat adalah apakah harus menangani masalah kesehatan di unit gawat darurat atau di tempat lain. Dilakukan banyak upaya agar para dokter, khususnya mereka yang bertugas di ruang gawat darurat, menyadari pentingnya melakukan tes HIV, kerumitan penyakit ini dan betapa pentingnya untuk melibatkan dokter penyakit menular secara lebih dini.
Pedoman baru ini diterbitkan secara bersama-sama dengan NIH, the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan HIV Medicine Association of the Infectious Diseases Society of America (HIVMA/IDSA). Klik di bawah ini untuk mengunduh pedoman tersebut.
Post Permalink
Komentar