Langsung ke konten utama

Solusi Pengawasan Peredaran Obat, Vaksin & makanan menggunakan Barkode Standar Global

Pemalsuan obat-obatan adalah masalah utama diseluruh dunia dan beberapa tahun belakangan ini jumlah obat palsu semakin meningkat. Sebagaimana pemalsu menjadi semakin berpengalaman, manufaktur farmasi dan mitra bisnisnya harus meningkatkan keselamatan dan keamanan dari rantai pasok obat-obatan. Keamanan, kemampuan untuk menelusuri (traceability) dan efisiensi pada industri kesehatan/obat-obatan berada pada urutan terdepan dari regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun industrinya itu sendiri. Kasus yang marak dibicarakan dan menjadi perhatian saat ini adalah mengenai masalah pemalsuan vaksin. Peredaran obat palsu yang kian marak akhir-akhir ini tidak saja mengakibatkan kerugian ekonomi terhadap pemerintah dan indutri tapi juga juga dapat mengancam keselamatan jiwa pemakainya. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan niat dan kerja keras diantara pelaku rantai pasok kesehatan terutama diawali oleh manufakatur/produser obat hingga perusahaan retail untuk menyediakan seluruh data yang diperlukan untuk proses penelusuran.

Salah satu cara melakukan antisipasi atas beredarnya produk kesehatan yang palsu selain dengan melakukan otentikasi produk tersebut dengan melakukan uji lab dan pengujian atas kemasan produknya (yang mana akan memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit) adalah dengan melakukan pengawasan pada proses jalur distribusinya. Untuk dapat melakukan pengawasan dengan baik maka diperlukan suatu sistem atau alat bantu dengan tehnologi pengambilan data sacara otomatis (barcode/RFID) dan kerjasama dari pihak-pihak yang terlibat dalam beredarnya suatu produk dan alat kesehatan dari manufaktur sampai ke tangan konsumen/pasien.

Sistem pengawasan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait ini akan merujuk kepada satu data base induk dimana data didalamnya dapat diakses informasi penting yang berkaitan dengan produk tersebut. Pemanfaatan satu simbol barcode standar global (GS1) yang saat ini telah ada pada sebagian kemasan produk makanan, minuman dan obat-obatan yang beredar pada jalur perdangan di seluruh dunia merupakan solusi yang efiktif dan efisien untuk pengidentifikasian secara unik dalam proses pegawasan pendistribusiannya. GS1 adalah organisasi global yang mengadministrasi sistem penomoran untuk identifikasi produk, asset, lokasi dan jasa pada jalur perdagangan di dunia. GS1 sistem telah digunakan lebih dari 2 juta perusahaan dari perusahan kecil hingga perusahaan multi nasional di 150 negara.

Standar GS1 dalam Kesehatan
Layanan kesehatan bergantung pada serangkaian rantai pasokan untuk operasi sehari-hari mereka, mulai dari obat-obatan, peralatan medis, dan perlengkapan bedah hingga makanan, perlengkapan kebersihan dan layanan lainnya.

Mengaktifkan efisiensi dan penghematan biaya dengan pemindaian barcode di bidang kesehatan
Sementara sebagian besar produk yang dipasok sudah memiliki barcode GS1, cukup adil untuk mengatakan bahwa penggunaan teknologi penangkapan otomatis (misalnya pemindaian kode batang) hampir tidak ada. Sebagai konsekuensinya, ada beberapa inefisiensi yang tidak diragukan lagi dalam proses saat ini termasuk pemborosan yang signifikan. Sebaliknya, selama 30 tahun terakhir, rantai pasokan FMCG telah menjadi sangat efisien dan telah memberikan kinerja layanan pelanggan yang tinggi dalam hal ketersediaan rak, biaya lebih rendah, ketertelusuran dan pengurangan pemborosan.

Manfaat adopsi standar GS1 di Healthcare
Kesempatan untuk memperbaiki kinerja layanan Kesehatan melalui penggunaan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) standar, berdasarkan Sistem GS1, sangat penting dalam hal potensi untuk:

1. Peningkatan keamanan pasien melalui pengurangan risiko kesalahan.
Memperbaiki data klinis melalui pengambilan informasi pengobatan yang akurat dan otomatis.
2. Penyediaan informasi produk master yang akurat untuk obat-obatan, alat kesehatan dan produk lain yang digunakan untuk merawat pasien.
3. Memastikan produk yang benar tersedia kapan dan dimana diperlukan.
4. Meminimalkan limbah - melalui pengelolaan stok yang lebih baik termasuk rotasi untuk menghindari barang melebihi tanggal kadaluwarsa.
5. Penghapusan sejumlah besar dokumen yang tidak perlu, sehingga melepaskan sumber daya orang langka untuk tugas nilai tambah lainnya.
6. Peningkatan sistem penelusuran melalui sistem informasi yang secara otomatis merekam informasi batch / lot.

Turki mengimplementasikan kesuksesan pertama secara nasional : Pharmaceutical Track and Trace System (ITS) untuk rantai pasokan yang aman dan terpercaya

Di Turki , seluruh stakeholder mempunyai izin yang dikeluarkan oleh The Turkish Medicines and Medical Devices Agency (TMMDA). Setelah mendapat izin dari TMMDA scientific committee’s , data kemudian didaftarkan didalam sistem Pharmaceutical Track and Trace System (ITS). Pharmaceutical Track and Trace System (ITS) adalah infrastruktur yang dibangun untuk melacak dan menelusuri semua unit produk farmasi di Turki. Obat-obatan secara unik diidentifikasi menggunakan Global Trade Item Number (GTIN) dan nomor seri yang dimasukkan kedalam sebuah simbol barcode GS1 DataMatrix yang memungkinkan pelacakan setiap unit obat dalam perjalanan di seluruh rantai pasokan; barcode dipindai di setiap langkah oleh para stakeholder rantai pasokan yang secara fisik menangani produk. Data itu kemudian diambil dan dikirim ke database ITS. Data yang diambil menyediakan Chain of Custody atau Chain of Ownership (CoC / CoO) dari produk (juga dikenal sebagai silsilah). ITS adalah aplikasi pertama dari ”Pharmaceutical Track and Trace System” yang sukses di dunia dan dirancang untuk mentrack lokasi dari setiap unit obat untuk menjamin supply obat kepada pasien yang dapat diandalkan.

Solusinya adalah traceability, yang didefinisikan sebagai end-to-end visibility pada produk farmasi di kesehatan global, mulai dari titik produksi hingga ke titik penggunaan.
Dengan sistem manajemen pusat yang berada di tempat, ITS dapat melacak dan menelusuri obat dengan menggunakan nomor seri mulai dari titik pembuatan ke titik penyaluran. Dengan melayani sebagai sumber data tunggal yang benar dalam rantai pasokan farmasi, ITS telah menjadi sepenuhnya interoperable, elektronik, dan serialisasi menjadi dasar untuk sistem track & trace farmasi di Turki, dan dapat menjadi model bagi negara-negara lain yang sedang mencari untuk membangun model yang sama.

ITS terbatas untuk tracking dan tracing level kedua dari kemasan obat, umumnya sebagian besar obat dijual, dibeli dan dikirim dilakukan via karton, box dan pallet. Turki mengembangkan the Package Transfer Service (PTS), terpusat pada platform yang berbentuk file sharing untuk melacak sampai dengan tingkat pengiriman.

Barang-barang tersebut kemudian dikemas dalam kotak yang diberi label dengan barcode yang bisa saja itu adalah barcode GS1. Setelah pengiriman disiapkan, produsen mengirimkan pesan ”pemberitahuan pembuatan” ke ITS dan menciptakan sebuah file XML yang berisi data yang bersangkutan untuk unit dalam wadah. Data ini kemudian diupload melalui file XML ke PTS. Ini adalah rekor pertama yang dimulai oleh CoC / CoO dari paket obat.

Setelah pengiriman sampai, grosir mendownload file XML dari PTS, dan scan pengiriman untuk memverifikasi bahwa itu cocok dengan pengirim dan penerima serta mengirimkan bukti pembelian untuk ITS. Kepemilikan obat kemudian berubah dari produsen ke grosir.

Proses penarikan produk juga sangat meningkat. Pemerintah dapat melakukan penarikan yang lebih kompleks dengan cepat, karena data ditempatkan di satu tempat. Sekarang memungkinkan bagi pemerintah atau pabrikan mengadakan penarikan untuk keseluruhan atau sebagian obat hanya dari stakeholder yang terkena dampak (vs seluruh produksi obat atau di seluruh rantai pasokan). Penarikan kembali dapat dilakukan dengan cara-cara yang lebih spesifik, seperti menghentikan transaksi pada titik penjualan atau mengikuti pergerakan penarikan produk dalam rantai pasokan. Setelah penarikan dikeluarkan dalam sistem, penarikan diberlakukan secara langsung dan tidak ada yang dapat menolak penarikan.

Data produk yang diambil oleh sistem adalah sangat berharga dan dapat digunakan untuk mendukung penggunaan obat yang rasional, membuat laporan administrasi, memantau industri dan mencegah penipuan pajak diantara penggunaan lainnya. Keputusan lebih cepat dan perkiraan lebih konsisten dapat dibuat dengan menggunakan data yang dapat update secara instan.

Hasil dan manfaat dari sistem telah menjadi inspirasi bagi industri lain dan negara. Bahkan, pemerintah Turki mengantisipasi menerapkan sistem track & Trace nasional untuk industri lain, seperti perangkat medis dan sektor makanan.

Pemerintah Turki dan industri farmasi bekerja untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan di rantai pasok obat untuk mencegah pemalsuan, pencurian dan kegiatan ilegal lainnya, dan mendapat manfaat tambahan lainnya. Sistem traceability di Turki dapat menyediakan sebuah model untuk negara lain mendirikan tempat penyimpanan terpusat untuk informasi obat yang dapat digunakan untuk mempertemukan tujuan akhir Chain of Custody dan Chain of ownership.

Pemerintah Indonesia melalui BPOM sudah dan sedang menyiapkan peraturan terkait pengawasan obat berbasis digital. Saya pernah menyampaikan kepada tim Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) terkait solusi digitalnya baik basis web maupun mobile. Simak presentasinya disini


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemitraan antara Apoteker dan tenaga kesehatan lain

Kemitraan antara Apoteker dan tenaga / staf medik lainnya di rumah sakit (dokter, dokter gigi, perawat, bidan) sudah ada selama ini walaupun kemitraan yang ada belum sebagai “mitra” tetapi Apoteker sering masih sebagai pembantu. Selama ini obat dalam pelayanan kesehatan selalu disebut sebagai unsur penunjang walaupun hampir 80% pelayanan kesehatan diintervensi dengan obat. Hubungan kemitraan seperti ini tidak lepas dari sejarah pelayanan kefarmasian yang dititik beratkan pada produk (membuat, meracik) serta menyerahkan obat kepada pasien. Hubungan interaksi langsung Apoteker dengan pasien sangat jarang dan bahkan komunikasi antara Apoteker dengan staf medik lainnya juga sangat kurang, padahal kemitraan dimulai dengan komunikasi yang baik. Peran dokter yang sangat sentral dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit dan adanya hambatan komunikasi antara Apoteker dengan staf medik lainnya selama ini menyebabkan kemitraan antara Apoteker dan staf medik masih seperti disebut diatas. De

IONI mobile layanan Informasi Obat yang Inovatif dari PIONAS BPOM

Sesudah sekian lama tidak mengisi blog dunia farmasi, sudah waktunya, memulai lagi tulisan seputar dunia farmasi dan kesehatan. Kita mulai dengan hasil pertemuan saya diundang Pusat Informasi Obat (PIONAS) BPOM, 28 November 2014 dalam rangka soft launching IONI (Infomatorium Obat Nasional Indonesia). Ada yang tahu dan pernah pake buku IONI sebagai referensi terpercaya dan independen mengenai obat yang beredar di Indonesia ? Hmmm...kalau banyak yang belum saya ulas sedikit dan nanti sy kasih pranala (link) untuk unduh aplikasi mobile nya yang merupakan terobosan baru PIONAS BPOM dalam upaya meningkatkan akses informasi terstandar,  demikian menurut ibu Dra. Rita Endang, Apt, MKes sebagai Plt. Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM. Menurut ibu Rita, pengembangan aplikasi IONI melalui aplikasi mobile yang sesuai kebutuhan profesi kesehatan, khususnya Apoteker, sangat mendukung bidang Informasi Obat dan Makanan PIOM dalam melaksanakan layanan informasi obat sejalan denga

Twitter dengan Halaman Muka baru

Buat para pecinta Twitter seperti saya , berikut ini ada berita hangat dari Twitter. Twitter mendisain ulang halaman depan bagi pengunjung baru ke Twitter.com. Jika Anda sudah terdaftar, Anda tidak akan melihat tampilan baru, kecuali jika Anda sign ou t dan refresh halaman muka.